Pada Sabtu tanggal 03 Februari 2024, rombongan Smks Katolik Syuradikara yang terdiri dari guru dan pegawai serta kelas X dan XI dari tiga jurusan berbeda melakukan perjalanan dari kota Ende menuju arah barat pulau Flores yaitu Kabupaten Ngada. Sasaran kegiatan ini adalah sejumlah tempat wisata unggulan yang terdapat di Kabupaten Ngada seperti puncak Wolobobo, kampung adat Gurusina dan air panas Malanage.
Kegiatan Widyawisata SMKS Katolik Syuradikara
Kegiatan widyawisata ini berlangsung selama satu hari penuh. Dalam pelaksanaannya, siswa-siswi terlibat secara aktif baik sebagai peserta tour maupun sebagai guide atau pemandu wisata. Selama perjalanan menuju tempat wisata, siswa-siswi jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) bertindak sebagai guide atau pemandu yang bertugas memberikan informasi dan penjelasan tentang tempat wisata yang dikunjungi kepada peserta tour ketika masih berada di dalam mobil maupun ketika berada di tempat wisata. Objek wisata pertama sekaligus menjadi tempat perhentian pertama adalah Penggajawa Beach atau yang dikenal dengan sebutan Pantai Batu Hijau Penggajawa. Pantai ini terletak di Desa Penggajawa, Kecamatan Nanga Panda Kabupaten Ende, NTT. Pantai ini berada di arah barat kota Ende atau tepat di pinggir jalan trans Flores.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 4 jam dari Ende, rombongan akhirnya tiba di tempat wisata Puncak Wolobobo. Puncak Wolobobo menjadi perhentian pertama sebelum menuju dua tempat wisata lainnya yang berada di Kabupaten Ngada yaitu Kampung Adat Gurusina dan Air Panas Malanage (Malanage Hotspring). Bukit Wolobobo (Wolobobo Hill) merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Ngada. Bukit Wolobobo terletak di Desa Turekisa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, NTT. Puncak Wolobobo ini terletak di ketinggian 1700 mdpl. Kondisi geografis inilah yang memungkinkan setiap pengunjung dapat merasakan sensasi wisata di atas awan, dengan cuaca yang dingin dan pemandangan Gunung Inerie yang lancip dan gagah serta selalu diselimuti awan tebal. Selama kurang lebih 30 menit berada di atas Puncak Wolobobo, para guide yang merupakan siswa-siswi kelas XI Smks Katolik Syuradikara jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) memberikan berbagai informasi dan penjelasan tentang objek wisata Wolobobo, seperti akses menuju Puncak Wolobobo, fasilitas bagi pengunjung dan sejarah seputar Puncak Wolobobo. Penjelasan dan informasi yang disampaikan sangat membantu peserta widyawisata untuk dapat memahami objek wisata Puncak Wolobobo secara baik dan benar.
Tepat pukul 12.30 WITA, rombongan widyawisata Smks Katolik Syuradikara bertolak menuju tempat wisata kedua yaitu Kampung Adat Gurusina. Kampung Adat Gurusina merupakan salah satu kampung adat tertua yang terletak di Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada, NTT. Gurusina ini berada tepat di lereng Gunung Inerie dengan jarak tempuh sekitar 21 km dari Bajawa dan 16 km dari Aimere. Secara historis, Kampung Adat Gurusina ditemukan oleh seorang misonaris Belanda pada tahun 1934. Ketika itu, kampung adat ini masih terletak di puncak Gunung Inerie, dan sekitar tahun 1942 penduduk asli memindahkannya ke dataran yang lebih rendah. Namun jauh sebelum ditemukan oleh misionaris Belanda, Kampung Adat Gurusina ditaksir sudah ada kurang lebih 500 abad yang lalu, sehingga kemudian Kampung Adat Gurusina dianggap sebagai perkampungan tertua di pulau Flores. Historisitas Kampung Adat Gurusina ini merupakan materi utama yang dijelaskan oleh seorang siswi yang menjadi guide selama rombongan widyawisata Smks Katolik Syuradikara berada di Kampung Adat Gurusina. Materi tersebut turut disempurnakan oleh penjelasan tentang model rumah adat dan masyarakat yang mendiami semua rumah adat Gurusina yang disampaikan oleh seorang pemandu lokal Kampung Adat Gurusina.
Setelah kurang lebih 30 menit berada di Kampung Adat Gurusina, rombongan kemudian bertolak menuju tempat wisata Air Panas Malanage. Tempat wisata Air Panas Malanage ini menjadi tempat wisata terakhir yang dikunjungi oleh rombongan widyawisata Smks Katolik Syuradikara kali ini. Air Panas Malanage (Malanage Hotspring) ini terletak di Desa Dariwali, Kecamatan Jerebuu, atau sekitar 21 km dari Kota Bajawa. Air Panas Malanage merupakan salah satu ekowisata di Kabupaten Ngada. Berbeda dengan objek wisata air panas lainnya, Air Panas Malanage ini merupakan aliran air panas yang mengalir secara alami. Hal unik dari wisata Air Panas Malanage ini adalah terjadinya pertemuan dua aliran sungai; sungai Waeroa yang bersuhu dingin dan bertemu dengan aliran air sungai Waebana yang bersuhu panas. Perpaduan keduanya menghasilkan suhu air hangat yang biasa digunakan oleh pengunjung untuk mandi sambil menikmati alam yang asri dengan pepohonan hijau yang mengelilingi kolam air panas tersebut. Selama berada di tempat wisata Air Panas Malanage ini, peserta widyawisata memperoleh cukup banyak pengalaman yang diperkaya oleh penjelasan dan informasi dari beberapa siswa-siswi yang bertugas sebagai guide dalam rombongan, seperti penjelasan tentang akses menuju Air Panas Malanage dan fasilitas bagi pengunjung; pondok untuk bersantai, kamar mandi dan toilet. Akhir dari kegiatan ini ditutup dengan makan siang bersama di tempat wisata Air Panas Malanage.
Widyawisata sebagai sebuah Eksperiental Learning
Sebagai sebuah lembaga pendidikan kejuruan yang bergerak di bidang pariwisata, Smks Katolik Syuradikara memiliki salah satu program unggulan yaitu widyawisata bagi kelas X dan XI. Kegiatan ini merupakan kunjungan ke tepat-tempat atau destinasi wisata unggulan di wilayah-wilayah baik dalam pulau Flores maupun di luar pulau Flores. Secara etimologi, widyawisata merupakan gabungan dari dua suku kata “widya” dan “wisata” yang berarti sebuah perjalanan rombongan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan. Smks Katolik Syuradikara merupakan sebuah lembaga pendidikan vokasi yang bergerak di bidang pariwisata, oleh karena itu kegiatan widyawisata ini merupakan satu model pembelajaran penting bagi peserta didik guna menambah wawasan mereka tentang objek wisata. Widyawisata ini dilihat sebagai sebuah eksperiental learning bagi peserta didik. Sebagai sebuah eksperiental learning, kegiatan widyawisata mengutamakan aspek pengamatan atau observasi untuk mencapai sebuah pengalaman dan wawasan tentang pariwisata.
Kegiatan widyawisata yang dilaksanakan oleh Smks Katolik Syuradikara pada dasarnya memiliki substansi dasar yakni sebagai sebuah proses aktualisasi atau penerapan praktis dari berbagai teori tentang dunia pariwisata yang diajarkan dalam kelas. Dengan demikian, kegiatan wisyawisata ini bukan hanya dilihat sebagai sebuah program atau rutinitas tahunan, melainkan sebuah proses eksperiental learning yang bertujuan untuk menambah sekaligus melengkapi pengetahuan peserta didik, melalui metode pengamatan atau observasi untuk memperoleh pengalaman belajar yang berkualitas tentang dunia pariwisata.