Mading

SMK Swasta Katolik Syuradikara

Mengapa Harus Masuk Sekolah Kejuruan?

Dalam era globalisasi yang semakin maju, kita bergerak dalam manajemen pariwisata yang harus sebanding dengan tuntutan zaman. Globalisasi dunia, menurut ilmuwan sosial dipicu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pada dekade ini berlangsung sangat cepat. Jalaludin Rahmat dalam bukunya Islam Aktual bahkan menyebut fase ini sebagai era Revolusi teknologi infomasi dan komunikasi. Tentu, fase ini menjadi seperti mesin perambah yang menjalar cepat ke dalam ruang-ruang kehidupan manusia. Dalam kepariwisataan, logika kapitalis dijalankan, akses informasi pun dicerna dengan cepat, ruang dan waktu diisi dengan rutinitas serentak aktivitas yang selalu menggerakan spiritualitas manusia itu sendiri.

Dalam kapasitas pendidikan, pergesaran nilai pun dirasakan semakin kencang. Nilai-nilai humanisme klasik diserang oleh humanisme global yang semakin membengkak. Dinamika ini harus disikapi dengan keberpihakan dunia pendidikan, khususnya sekolah kejuruan. Kepariwisataan, misalnya, menajdi satu ukuran yang diambil lebih awal, mengingat globalisasi yang pesat. Untuk itu, sebuah pertanyaan yang biasa, "Mengapa harus masuk sekolah kejuruan?"

SMK Pariwisata Syuradikara dan Kata 'Mengapa'

SMK Swasta Katolik Syuradikara Ende dalam perjalanan 6 tahun ini telah membawa anak-anak ke dalam satu dunia pariwisata yang berkarakter. Mengapa? Pertanyaan ini tentu menghasilkan jawaban yang berbeda-beda. Dalam kaca masyarakat awam, SMK adalah Sekolah Masuk Kerja. Artinya, mereka memahami bahwa ketika anak-anak masuk SMK, pasti anak-anak langsung mendapatkan pekerjaan yang layak berdasarkan kejuruan di sekolah bersangkutan. Misalnya, SMK Swasta Katolik Syuradikara dengan Kealihan Pariwisata, tentu membuka ruang bagi anak-anak untuk menjadi guide atau bisa mengelilingi dunia, jika mereka menguasai secara baik Bahasa Inggris, Jepang, maupun bahasa asing lainnya.

Pariwisata secara etimologis berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, pari dan wisata. Pari berarti penuh, seluruh, semua; dan wisata berarti perjalanan. Dengan demikian, pariwisata berari perjalanan penuh, seluruh, menyeluruh, dan merangkum semua. Prof Salab Wahab menegaskan pariwisata adalah salah satu industri baru yang mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Shofwan Hanief, S.Kom Dkk, 2018:1).

 

Celvyn Laysana, Forin Diego, Sales Lengo, dan Berto dalam Wawancara via Whatsapp

Di SMK Pariwisata Syuradikara, Mr. Sirilus selaku Ketua Program Studi menuturkan bahwa impilasi etis dari Pariwisata adalah menerjemahkan juga Perhotelan. Dalam proses, perhotelan menjadi hal penting dari pariwisata dan sebaliknya. Kedua jurusan ini menjadi benang merah yang bisa menangkis kerinduan anak-anak. Maka, SMK Syuradikara tidak hanya menyiapkan satu bagian saja, tetapi beberapa opini lain yang bisa membungkus keinginan anak-anak pada waktunya.

SMK Syuradikara sejauh ini telah menelurkan alumni yang kreatif dan mandiri sesuai dengan bidang yang dipilih setelah tamat. Ada yang sudah menjadi pramugari, tentara, guide profesional di Bali, dan lain sebagainya. Dinamika hasil ini memberikan sebuah argumentasi riil bahwa anak-anak itu berhasil karena mereka memilih sekolah yang tepat.

Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa "Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, dan jadikan setiap orang sebagai guru." Pernyataan ini menjadikan SMK Syuradikara sebagai salah satu dari sekolah baru dan masih muda, tetapi dinyatakan berhasil karena prestasi anak-anak dalam akademik, psiko emosional, dan prestasi di luar sekolah setelah tamat dari SMK Swasta Katolik Syuradikara.

Peta Lokasi

Social Media