Suasana malam yang ramai dengan suara anak-anak asrama putra yang baru saja menyelesaikan waktu belajar kedua mereka, memecahkan keheningan malam. Yang pasti malam itu (15/10) tepatnya pukul 21.30 WITA.
Ketar-ketir perasaan bercampur aduk ketika hendak memasuki kamar bapak asrama putra Syuradikara. Walaupun dengan hati yang penuh gelisah, saya tetap bersemangat untuk mewawancarai sosok ayah kedua kami itu.
Detakan jantung mulai melambat, tak kala saya memberanikan diri untuk mulai mewawancarai beliau.Pater Dominggus Mite Kota, SVD. Begitulah nama lengkapnya dan umat/ siswa-siswi Syuradikara sering menyapa dengan panggilan Pater Don.
Seorang imam yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan kekar ini menjabat sebagai bapak asrama putra Syuradikara atau yang biasa dikenal dengan sebutan asrama Assyur. Selain menjabat sebagai bapak asrama Assyur, pater juga adalah guru di SMAK Syuradikara yang mengampuh mata pelajaran Bahasa Inggris.
Pater Don merupakan bapak asrama termuda, dalam artian imam yang baru saja ditabiskan dan memulai karyanya di asrama Assyur.
“Sejujurnya saya sempat menolak untuk bertugas di Syuradikara, apalagi di asrama. Karena dalam pikiran saya mengatur anak asrama amatlah sangat sulit karena mereka memiliki karakter yang berbeda-beda dengan latar belakang daerah yang berbeda dan berkumpul di suatu tempat. Dan saya juga ditugaskan untuk membuka asrama kembali setelah ditutup selama enam bulan. Namun yang saya pikirkan tidak sesulit apa yang saya bayangkan. Banyak anak asrama memilliki karakter yang baik dalam artian mempunyai karakter dan kebiasaan yang baik alias tidak nakal,” ujar Pater Don.
Beliau juga mengatakan bahwa “Sejujurnya anak asrama selalu mengutamakan keikhalasan. Hal itu terlihat ketika mereka menerima hukuman dan tidak dendam. Itu membuktikan bahwa mereka mengerti dan ikhlas menjalani hukuman itu. Saya mulai terbiasa dengan situasi di asrama dengan rutinitas kegiatan rutin yakni bangun pagi, mengikuti berbagai aturan, dll. Namun yang menjadi kendala adalah penyesuaian terhadap karakter anak-anak yang berbeda menuntut pendekatan dan pengertian yang berbeda-beda juga. Ini yang memerlukanwaktu yang cukup lama.”
Imam kelahiran Kupang, 22 Juli 1984 ini merupakan sosok yang dapat bergaul dengan dengan semua orang, baik itu anak asrama, masyarakat umumnya, dan siswa -siswi, serta guru pegawai. Buktinya saat ia memberikan pelajaran, sering kali Pater Don membuat canda tawa di kelas maupun asrama yang dapat membuat siswa-siswi dan juga anak –anak asrama menjadi lebih akrab dengannya.
Di balik sifat Pater Don yang sering membuat canda tawa dan terlihat santai, ia merupakan sosok yang tegas dalam peraturan dan disiplin waktu. Saat terjadi pelanggaran di asrama, ia tidak segan-segan untuk memberikan hukuman bagi pelanggarnya.
Menurut Pater Don, “Kualitas umum anak-anak Syuradikara baik, namun secara khusus anak-anak Syuradikara masih perlu dibina lagi seperti kedisiplinan. Mengapa? karena keberhasilan dari suatu lembaga ditentukan oleh kedisiplinan. Semakin kurangnya kedisiplinan dari suatu Lembaga, maka kualitas akan semakin menurun. Sebaliknya, semakin tinggi kedisiplinan, maka kualitas juga semakin meningkat.”
Kesan dan pesan dari Pater Don untuk Syuradikara ”Perlu meningkatkan kedisiplinan, bukan hanya dari guru pegawai, para pastor dan bruder dan anak-anak, tetapi masing-masing kita harus menyadari diri bahwa kita juga kurang disiplin.”
Selain itu, Pater Don juga berpesan agar siswa-siswi harus tekun dalam meningkatkan potensi yang ada dalam diri masing- masing, baik itu kemampuan intelek maupun keterampilan dan karakter.
“Kita harus mempunyai cita-cita. Diibaratkan cita-cita itu merupakan jalan. Apabila kita berjalan tanpa arah dan tujuan maka tak akan ada tujuan dalam hidup kita. Namun saat kita sudah memiliki cita-cita, kita pasti mempunyai persiapan dan kesanggupan untuk mencapai cita-cita itu.” Demikian kata Pater Don memotivasi.
Riwayat Hidup
Imam kelahiran Kupang, 22 Juli 1984 ini memiliki 2 orang saudari dan 4 orang saudara. Pater Don yang merupakan anak laki-laki sulung yang dibesarkan dan dididik secara baik oleh ayahanda Yohanes Lana dan ibunda Lusia Lero(Almh.). Kedua orang tua telah memberikan banyak pelajaran hidup dalam sebuah kesederhanaan. Dari kesederhaan Pater Don, begitulah ia disapa dalam keseharian, mulai mengenal masa pendidikan pertama di TK Maria Assumta Kupang, berlanjut ke SD Inpres Oebobo 1, dilanjutkan ke SMP Negeri 2 Kupang. Setelah melewati masa SMP- nya, Pater Don melanjutkan Pendidikan di Seminari Menengah St. Rafael, Oepoi-Kupang. Kemudian berlanjut ke Novisiat Sang Sabda Kuwu-Manggarai. Pater Don mengambil S1 filsafat di Ledalero- Maumere. Setelah mengambil S1 filsafat di Ledalero-Maumere, imam yang memiliki style seperti anak muda zaman now ini menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral atau yang biasa dikenal dengan masa TOP di Seminari Pius XII Kisol-Manggarai Timur. Setelah menjalani masa TOP-nya, Pater Don kembali ke Ledalero mengambil S2 Teologi dan ditabiskan pada 1 Oktober 2016 yang lalu di Atambua. Seusai ditabiskan, Pater Don langsung ditugaskan di Asrama Syuradikara Ende sebagai Bapak Asrama hingga sekarang.(Yohanes P. Seran&Tampan Saputra)